Sebuah kalimat ini aku rekam dari kegiatan perkuliahan microteaching. Begini bunyinya, "Anyone can be influence by goodness". Kalimat itu diucapkan oleh dosenku waktu itu Pak Andreas.
Petuah ini terlontar dalam pada saat perkuliah sedang membahasa tentang kekerasan pada siswa di sekolah. Banyak hal yang membuat kekerasan di sekolah terjadi. Namun, semua itu terjadi karena tidak mampunya masing-masing individu tidak dapat mengendalikan ego dan keniginan untuk dihormati.
Beliau kemudian menceritakan pengalamannya ketika masih bertugas di sekolah dulu yang berkaitan tentang kekerasan (violence). Beliau menceritakan tentang kondisi di suatu sekolah yang sangat menjaga komitmen dalam hal disiplin dan juga sekolah yang bertaraf biasa-biasa saja. Hal itu sebagai pembanding bagaimana proses penyelasaian masalah kekerasan di sekolah yang dialami oleh siswa.
Pertama, di suatu sekolah swasta terkemuka di Semarang. Di situ siswa sudah diajak untuk mengenal komitmen dan menaati komitmen yang telah disepakati bersama. Pokok dari komitmen itu adalah bahwa siswa harus menaati perturan sekolah tersebut karena siswa telah memilih sekolah tersebut untuk menjadi sekolah lanjutan yang dipilihnya meneruskan jenjang pendidikannya. Seklah itu tidak segan-segan untuk mengeluarkan dari sekolah apabila terbukti tidak disiplin. Dengan model pendidikan seperti ini, siswa menjadi patuh terhadap perturan dan komitmen yang telah merka sepakati dulu pada saat pertama kali masuk sekolah.
Kedua, di suatu sekolah biasa yang tidak terlalu terpandang di mata masyarakat. Di situ siswa-siswanya banyak yang berpenampilan tidak selayaknya siswa pada umumnya yang kita lihat. Buku pelajaran diselipkan di kantong belakang celana, penampialn tidak rapi, dsb. Berbagai macam persoalan ketidakdisiplinan dan kekerasan kerap terjadi di situ. Namun, metode yang diterapkan oleh guru-guru di situ adalah dengan memberikan pujian dan memberikan tanggung jawab yang lebih pada siswa "pengacau". Lambat laun ssiwa tersebut menjadi sadar akan perbuatan yang telah dilakukaknnya. Siswa tersebut menjadi siswa yang berubah dari mulanya seorang yang tidak disiplin.
Dari sini kita dapat melihat bahwa, status sekolah tidaklah penting dalam mendidik anak. Yang penting adalah keteguhan guru untuk mendidik anak menjadi orang yang bermanfaat. Karena sejatinya mendidik adalah suatu proses mengubah perilaku terdidik dari buruk menjadi baik. Dan sekolahlah tempat yang pantas untuk melakukan hali itu.
Rabu, 14 Maret 2012
Minggu, 11 Maret 2012
Densitas pohon
DENSITAS POHON DI HUTAN DESA
BANYUWINDU KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL
Tanggal praktikum : 22 Oktober 2011
A.
Tujuan
1.
Menentukan
densitas pohon dengan metode Point
Centered Quarter.
2.
Mengetahui
jenis-jenis pohon yang tumbuh di kawasan hutan Banyuwindu.
B.
Landasan
Teori
Kepadatan (densitas = D)
adalah jumlah individu per satuan luas area (m2, Ha, km2
dan sebagainya) atau per satuan volume medium (cc/ ml, liter), sedangkan
kelimpahan adalah (abundance = N) adalah
jumlah individu dalam suatu areal (tempat) tertentu. Untuk mengetahui perbedaan
antara kepadatan dengan kelimpahan dapat dilihat dari contoh sebagai berikut,
bila dalam suatu tempat seluas 2,5 ha hidup suatu spesies hewan dengan
kelimpahan (N) = 100 ekor, maka kepadatan hewan tersebut adalah 40 ekor/ha.
Kepadatan populasi dipengaruhi oleh parameter utama yaitu natalitas,
mortalitas, imigrasi dan emigrasi. Selain itu juga dipengaruhi oleh distribusi
umur, komposisi genetik, dan pola distribusi. Natalitas dan imigrasi
meningkatkan kepadatan, sedangkan mortalitas dan emigrasi menurunkan
kepadatan.
Kepadatan spesies yang
mendiami bagian tertentu ini dinamakan kepadatan mutlak (absolute density).
Untuk sampel tumbuhan,
permasalahan yang sering dihadapi adalah dalam menentukan suatu individu
tanaman. Tumbuhan berbentuk pohon atau herba, banyaknya individu dapat dihitung
dari banyaknya tegakan.
Tumbuhan yang dihitung adalah tumbuhan pada suatu komunitas tumbuhan yang
menempati suatu area tertentu. Sehingga dalam kegiatan praktikum akan banyak
ditemukan berbagai macam spesies yang saling berinteraksi satu sama lain.
Untuk
menghitung densitas pohon dapat digunakan beberapa metode, diantaranya adalah :
1. Close
Individual Method
Metode ini dilakukan dengan cara
meletakan titik acak disembarang tempat kemudian pohon yang terdekat dari titik
acak dijadikan sampel. Syaratnya spesies yang sudah dijadikan sampel tidak
boleh dijadikan sampel lagi. Selanjutnya ukur jarak antar titik acak dengan
spesies sampel dan identifikasi jenis spesies.
2. Nearest
Neighbour method
Metode ini dilakukan dengan cara
meletakan titik acak disembarang tempat kemudian tentukan spesies yang terdekat
dengan titik acak tersebut. Selanjutnya cari spesies lain yang paling dekat
dengan spesies satu. Jarak yang diukur adalah jarak antara spesies satu dengan
spesies dua.
3. Random
Pairs Method
Metode ini menggunakan garis
exclusion yaitu garis yang melalui titik acak dan tegak lurus terhadap pohon.
Yang pertama dilakukan adalah meletakan titik acak sembarang tempat lalu
menentukan pohon yang paling dekat dengan titik acak. Kemudian menarik garis
exclusion dari titik acak yang tegak
lurus dengan pohon tersebut (spesies satu). Kemudian tentukan spesies sampel,
yaitu spesies yang paling dekat dengan
spesies satu. Syaratnya spesies sampel harus berada di wilayah luar garis
exclusion, bukan wilayah spesies satu berada. Langkah terakhir ukur jarak antar
spesies sampel dan pohon dua.
4. Point
Centered Quarter
Metode ini dilakukan dengan
meletakan titik acak sembarang tempat, kemudian bagi 4 daerah dari titik acak
tersebut dengan membuat 2 garus yang tegak lurus. Selanjutnya menentukan
spesies sampel ditiap-tiap daerah yang paling dekat dengan titik acak. Ukur
jarak dari titik acak dengan spesies sampel.
Metode yang digunakan dalam menetukan densitas pohon di Hutan Banyuwindu
menggunakan metode Point Centered Quarter yang
mempunyai syarat penerapan metode adalah distribusi pohon yang akan diteliti
harus acak. Metode ini sulit diterapkan pada populasi pohon yang
pengelompokkannya tinggi atau yang menempati ruang yang seragam. Pada metode Point Centered Quarter,
terlebih dahulu menentukan titik-titik disepanjang garis transek. Jarak antara
satu titik dengan titik yang lain dapak ditentukan secara acak. Masing-masing
titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik akan
didapatkan 4 buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah kemudian dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan atau satu pohon yang terdekat dengan
titik pusat kuadrat, selain itu juga diukur pula jarak antara pohon terdekat
dengan titik pusat kuadaran.
C.
Alat
dan Bahan
1.
Tali
raffia
2.
Meteran
3.
Alat
tulis
4.
Table
pengamatan
5.
Lux
meter
6.
Soil
tester
7.
Altimeter
8.
Thermometer
9.
Papan
jalan
10.
Label
D.
Cara
Kerja
1.
Menentukan
area komunitas pohon yang akan diamati.
2.
Menentukan
densitas pohon yaitu menggunakan metode Point
Centered Quarter.
3.
Mengukur
berbagai faktor abiotik/lingkungan (suhu, ketinggian tempat, kelembaban tanah,
kelembaban udara, pH tanah dan intensitas cahaya) di area tempat kegiatan
pengamatan.
4.
Menentukan
banyaknya jumlah peletakan titik acuan yang akan dilakukan yaitu sebanyak 15
buah titik.
5.
Meletakkan
titik acuan pengamatan secara acak di area yang telah ditentukan.
6.
Membagi
area dari titik menjadi 4 bidang yang sama besar
7.
Menentukan
masing-masing satu pohon yang terdekat dengan titik acuan pada masing-masing
bidang kuadran, sehingga akan diperoleh empat pohon yang menjadi obyek amatan.
8.
Mengidentifikasi
pohon yang telah ditentukan.
9.
Mengukur
jarak antara titik acuan dengan keempat pohon tersebut.
10.
Mencatat
hasil ke dalam tabel pengamatan.
11.
Mengulangi
kegiatan pada poin 3-8 hingga mencapai target pelaksanaan kegiatan yang telah
dilakukan yaitu 15 kali pengulangan. Data yang diperoleh akan mendapatkan 60
data jarak antara titik acuan dengan pohon terdekat.
12.
Melakukan
analisis data.
E. HASIL PENGAMATAN
pH : 6,2
Kelembaban tanah : 7,6
Kelembaban
udara : 81 %
Suhu : 22,50 C
Intensitas
cahaya : 45 x 2000 lux
Ketinggian : 760 m
Table 1 Hasil pengukuran densitas pohon
menggunakan metode Point Centered Quarter
Titik acuan
|
Nama Spesies
|
Jarak (m)
|
1
|
A
|
2.85
|
B
|
7.44
|
|
C
|
16.65
|
|
D
|
14.46
|
|
2
|
E
|
3.31
|
F
|
6.58
|
|
C
|
11.06
|
|
WALIK ANGIN
|
12.56
|
|
3
|
H
|
3.39
|
I
|
17.7
|
|
KEMADU
|
5.43
|
|
WULUTENGIK
|
4
|
|
4
|
DADAP
|
4.23
|
K
|
7.45
|
|
WALIK ANGIN
|
5.43
|
|
L
|
4.4
|
|
5
|
M
|
9.12
|
N
|
3
|
|
D
|
2
|
|
KEMADU
|
8.4
|
|
6
|
O
|
1.55
|
WURUKEBO
|
1.85
|
|
PAGODA
|
2.92
|
|
Q
|
2.67
|
|
7
|
R
|
5.2
|
S
|
6.3
|
|
T
|
8.1
|
|
U
|
7.3
|
|
8
|
V
|
2.15
|
DADAP
|
4.66
|
|
WURUKEBO
|
3.54
|
|
KELANTHING
|
6
|
|
9
|
KEMADU
|
3.42
|
KELANTHING
|
3.17
|
|
WULUTENGIK
|
1.6
|
|
A
|
3.78
|
|
10
|
LASEPAN
|
3.21
|
WURUKEBO
|
3.14
|
|
WURUBUDAK
|
4.18
|
|
E
|
5.4
|
|
11
|
WALIK ANGIN
|
3.38
|
WULUTENGIK
|
2.17
|
|
V
|
2.42
|
|
LASEPAN
|
5.25
|
|
12
|
Z
|
3.5
|
WULUTENGIK
|
4.51
|
|
E
|
9.3
|
|
Z
|
4.8
|
|
13
|
B
|
7.32
|
B
|
8
|
|
W
|
9.4
|
|
E
|
4.8
|
|
14
|
PULEPANDAK
|
3.6
|
W
|
2.6
|
|
E
|
14
|
|
C
|
4.3
|
|
15
|
WUNI
|
9.7
|
G
|
14.35
|
|
B
|
4.25
|
|
B
|
0.12
|
|
∑
|
347.37
|
F.
ANALISIS
DATA
Jumlah pohon = 15 titik x 4 pohon = 60 pohon
∑ jarak (r) = 347.37 m
1. Mean distance =
=
= 5,7895 m
2. Densitas mutlak =
=
= 298 pohon/10000 m2
Tabel 2 Densitas tiap spesies
No.
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
Densitas /10000
m2
|
1
|
Spesies B, E
|
5
|
5
|
2
|
WULUTENGIK
|
4
|
4
|
3
|
C, WALIKANGIN, KEMADU, WURUKEBO
|
3
|
3
|
4
|
A, D,V, KELANTHING, DADAP, LASEPAN, Z, W
|
2
|
2
|
5
|
F, H, I, K, L, M, N, O, PAGODA, Q, R, S,
T, U, DADAP, WURUBUDAK, PULEPANDAK, G, WUNI
|
1
|
1
|
3. Kerapatan pohon
a. Kerapatan pohon spsies B, E =
=
= 25/10000 m2
Kerapatan relatif =
=
=
8,33%
b. Kerapatan pohon wulutengik =
=
=
12/10000 m2
Kerapatan relatif =
=
=
7%
c. Kerapatan pohon C, WALIKANGIN, KEMADU, WURUKEBO
=
=
=
15/10000 m2
Kerapatan relatif =
=
=
5 %
d. Kerapatan pohon A, D,V, KELANTHING, DADAP, LASEPAN, Z, W
=
=
=
10/10000 m2
Kerapatan relatif =
=
=
3 %
e. Kerapatan pohon F, H, I, DADAP, K, L, M, N, O, PAGODA, Q, R, S, T, U, WURUBUDAK, PULEPANDAK,
G, WUNI
=
=
=
5/10000 m2
Kerapatan relatif =
=
=
2 %
G. PEMBAHASAN
Kegiatan praktikum
densitas pohon dilaksanakan di hutan desa Banyuwindu, Limbangan karena memiliki
kelimpahan vegetasi yang cukup memadai untuk dijadikan sebagai objek pengamatan
vegetasi. Sebagian besar kawasan hutan ditanami oleh tanaman kopi. Akan tetapi,
untuk mengukur densitas pohon kebeadaan tanaman kopi diabaikan. Ini dikarenakan
tanaman kopi merupakan tanaman budidaya sebagai komoditas utama daerah
setempat.
Densitas merupakan
suatu parameter yang menunjukkan nilai dari kerapatan suatu komunitas pohon
pada suatu area tertentu. Untuk dapat menentukan harga densitas pohon metode
yang digunakan adalah metode Point
Centered Quarter.
Penerapan metode Point Centered Quarter memerlukan syarat
bahwa distribusi pohon yang akan diamati memiliki pola penyebaran yang acak.
Teknik melakukan metode ini adalah melempar titik secara acak yang diasumsikan
sebagai titik pusat. Dari titik tersebut dibuatlah empat kuadran yang
berpangkal pada titik tersebut. Setelah diperoleh kuadran-kuadran yang
dimaksud, maka langkah selanjutnya adalah menetukan satu pohon terdekat dengan
titik acuan pada masing-masing kuadran. Jarak antara titik dengan pohon
terdekat itulah yang menjadi data jarak pengamatan. Hal ini dilakukan dengan
pengulangan 15 kali tetapi tidak menemukan dengan individu yang telah dihitung
jaraknya pada pengukangan berikutnya.
Pengamatan
densitas pohon di hutan Banyuwindu lebih didominasi untuk dilakukan di area
agak ke puncak. Area yang memiliki kemiringan tanah cukup landai sebagian besar
ditanami oleh tanaman kopi dan pohon sengon. Sedangkan tanaman kopi itu sendiri
diabaikan, maka dipilihlah area yang kerapatan tanaman kopinya lebih jarang.
Berdasarkan data
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh jumlah pohon sebanyak 60 pohon.
Pohon – pohon yang diperoleh memiliki diameter minimal 20 cm. Dari sejumlah
pohon itu, diperoleh total jarak sepanjang 347,37 meter. Kemudian penghitungan
Mean Distance (MD) sebesar 5,7895 meter (dibulatkan menjadi 6 meter). Ini
menunjukkan bahwa untuk setiap jarak 6 meter akan ditemukan satu pohon pada
area hutan yang diamati. Sedangkan untuk penghitungan Densitas Mutlak diperoleh
nilai yaitu 298 pohon/10000 meter persegi (1 ha). Jadi total seluruh pohon yang
terdapat pada area seluas 1 hektar hutan adalah 298 pohon. Dengan data tersebut
mengindikasikan bahwa untuk ukuran sebuah hutan, kerapatan pohon di hutan desa
Banyuwindu tergolong jarang. Pembukaan lahan baru untuk budidaya tanaman kopi
menjadi faktor utama penyebab jarangnya kerapatan pohon di hutan tersebut. Di
dalam budidaya kopi membutuhkan tanaman peneduh agar tanaman kopi tidak
terpapar secara langsung terhadap sinar matahari. Sehingga banyak pohon-pohon
yang ditebang untuk mengurangi tingkat kerapatan pohon di tempat pembudidayaan.
Ini bertujuan agar sinar matahari dapat memasuki area hutan, namun dalam
intensitas yang tidak berlebihan.
Secara kasar,
hutan di Banyuwindu jika dilihat dari kejauhan maka yang tampak adalah
rerimbunan pohon-pohon besar yang menutupi hampir sebagian besar tanah.
Pohon-pohon itu tumbuh hingga ketinggiannya mencapai hampir 8 meter dengan
cendawan/kanopi ranting-ranting yang cukup luas. Di bawahnya tumbuh subur
tanaman kopi baik yang sudah berumur tua, maupun yang masih seukuran
semak-semak.
Jenis-jenis pohon
yang paling sering dijumpai pada saat pengamaatan adalah pohon spesies B dan
spesies E. Pohon jenis ini muncul berulang kali dalam kegiatan pengukuran.
Selain pohon-pohon dari spesies tersebut banyak ditemukan berbagai macam jenis
pohon dari beragam spesies. Ini menunjukkan bahwa keberagaman spesies di hutan
Banyuwindu masih relatif tinggi. Di samping itu pula dapat diambil sebuah
asumsi bahwa jenis yang mendominasi kawasan hutan Banyuwindu adalah pohon
spesies B dan spesies E.
Densitas pohon dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan banyak sedikitnya jumlah
individu yang muncul pada area pengamatan hutan di Banyuwindu. Faktor-faktor
itu antara lain faktor pH tanah, intensitas cahaya, suhu, kelembaban udara,
ketinggian tempat dan kelembaban udara. Semua faktor tersebut sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu spesies pohon.
Faktor-faktor itu pula yang menentukan spesies mana yang dapat bertahan dalam
kondisi lingkungan yang diciptakan dari faktor-faktor abiotik itu. Dari data
faktor yang tercatat menunjukkan bahwa suhu lingkungan tidak terlalu panas dan
juga tidak terlalu dingin untuk pertumbuhan tanaman. Tingkat keasaman tanah
mendekati netral, sehingga metabolisme yang dilakukan oleh tumbuhan dapat
berlangsung dengan baik. Hal ini seharusnya menjadi faktor pendukung yang
membuat kesuburan pertumbuhan tanaman yang kemudian akan berpengaruh pada
kerapatan pohon.
H. KESIMPULAN
1. Densitas pohon di hutan
Banyuwindu adalah 298 pohon/10000 m2 yang menunjukkan
bahwa dalam area hutan seluas 10000 m2 akan dapat ditemui sejumlah
298 pohon.
2. Jarak rata-rata (MD) yang
didapatkan pada pengamatan untuk setiap ditemukannya spesies pohon adalah
5,7895 m.
3. Jenis pohon yang paling banyak
ditemui adalah spesies B dan spesies E.
I. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Ekologi. Diunduh
dari http://id.wikipedia.org/ekologi
Ngabekti, Sri. 2006. Ekologi.
Semarang: FMIPA Unnes.
Nurichem. 2010. Analisis Vegetasi Herba. Dipostkan di http://nurichem.blogspot.com/2010/03/analisis-vegetasi-herba.html
Siagian, Prasetyo. 2010. Komuintas vegetasi. http://anakunja.blogspot.com/2010/06/ekologi-tanaman.html
Langganan:
Postingan (Atom)